Meski baru berdiri sejak 1981, sudah banyak alumni UMY yang berprestasi dan memiliki karir cemerlang di kancah nasional bahkan internasional. Kampus yang dikenal dengan slogan “Muda Mendunia” ini setidaknya telah melahirkan lebih dari 30 ribu alumni hingga kini lho.
Alumni memang penting jika sedang berbicara mengenai keunggulan institusi pendidikan. Sebab hal itu bisa jadi salah satu indikator kesuksesan kampus dalam membina mahasiswanya selama masa studi.
Tentu, hingga kini sudah banyak alumni UMY berprestasi di berbagai bidang yang akan cukup sulit untuk disarikan dalam satu artikel ini. Namun berikut kami rangkumkan beberapa nama yang pernah mencicipi gelar sarjana di UMY dan kini dikenal oleh khalayak luas sebagai sosok inspiratif berkat karya dan pencapaiannya.
Prof. Dr. Muhammad Khairil, S.Ag., M.Si, alumni pertama UMY yang memiliki gelar guru besar atau professor.
Lahir di sebuah kabupaten yang bernama Bantaeng, laki-laki kelahiran 23 Oktober 1979 ini adalah seorang dosen sekaligus Dekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako (FISIP UNTAD), Palu, Sulawesi Tengah. Setelah menyelesaikan gelar S1 nya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) pada tahun 2001, ia melanjutkan studi S2 nya di Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2002 dengan memilih program studi Komunikasi Massa.
6 tahun kemudian, ia pun menempuh Pendidikan doktor Ilmu Komunikasi di Universitas Padjajaran Bandung dan menyelesaikannya dalam jangka waktu yang cukup singkat, yakni selama 3 tahun.
Pada tahun 2020, kabar membanggakan diterima olehnya dan almamater tercintanya atas capaian tertinggi dalam karir akademiknya. Gelar Guru Besar berhasil diraih oleh Prof. Dr. Muhammad Khairil, S.Ag., M.Si yang juga menjadikannya sebagai alumni UMY pertama yang meraih gelar tersebut.
Lalu Muhammad Iqbal, Duta Besar LBBP Republik Indonesia untuk Turki.
Muhammad Iqbal merupakan alumnus Prodi Hubungan Internasional UMY angkatan 1991, sekaligus menjadi alumnus pertama yang masuk Kementrian Luar Negeri hingga menjadi Dubes RI untuk Turki. Semasa kuliah, ia terkenal aktif di berbagai organisasi yang diantaranya Korps Mahasiswa HI (KOMAHI), Senat Mahasiswa atau BEM dan Penerbitan Kampus.
Sebelum diangkat menjadi Dubes, Iqbal dipercaya menjadi Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) dan menjadi Direktur termuda di lingkungan Kemenlu. Karena kemampuannya yang dianggap baik dan berkompeten, Iqbal akhirnya berhasil meyakinkan DPR untuk melangkah kepada puncak karir sebagai Duta Besar Indonesia untuk Turki dan akan menempati pos di Ankara. Jauh sebelumnya, Iqbal telah menjalani sejumlah pos penempatan di luar negeri antara lain di Wina (Austria) dan Budapest (Rumania).
Budhi Hermanto, pahlawan pembuat APD bagi para tenaga medis
Budhi Hermanto, adalah alumnus Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sejak lama memang sudah dikenal sebagai seseorang yang sangat peduli akan kondisi sosial dan aktif dalam berbagai macam kegiatan masyarakat. Sejak tahun 1999 ia sudah terlibat dalam pengembangan media komunitas, seperti radio, televisi, dan video komunitas. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi masyarakat. Menariknya, belum lama ini Ia mencetuskan gerakan kolektif pembuatan Alat Perlindungan Diri (APD) bagi tenaga medis saat situasi krisis kesehatan akibat pandemic Covid-19.
Tak hanya itu, yang tak kalah menariknya dari Pak Budhi juga ia juga termasuk penyelenggara acara Jazz Atas Awan dalam Dieng Culture Festival yang saat ini juga sudah menjadi agenda event nasional. Ia juga merupakan Delegasi Indonesia dalam 2020 Global Forum on Environment Paris, Perancis.
Fahd Pahdepie, penulis, pengusaha, dan aktivis
Laki-laki ini lahir di Cianjur, Jawa Barat pada tahun 1986. Ia merupakan seorang anak dari Prof. Dr. H. Adang hambali, M. Pd, dan Ibu Hj. Ai Khadijah. Di tahun 2005, ia bergabung menjadi mahasiswa UMY, dengan melalui jalur prestasi. Ia menjadi seorang mahasiswa S1 Hubungan Internasional yang aktif baik di kelas maupun di luar kelas. Ia aktif di organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Ia lulus dengan predikat ‘cum laude’ di tahun 2009.
Pasca studi di UMY, Ia mengantongi penghargaan Ahmad Wahib Award dari Yayasan Wakaf Paramadina dan Hivos Foundation Belanda untuk kiprah dan pemikirannya dalam toleransi dan kebebasan beragama. Di tahun 2017 dan 2018 ia mendapatkan penghargaan tertinggi dari Australia Alumni Award dari Kedutaan Besar Australia dan Australia Global Alumni 2017 dan UMY Alumni Award 2018 sebagai Outstanding Young Alumni.
Wahyu Agung Prasetyo, Sutradara Handal di balik Film Tilik yang Viral
Pria kelahiran Jakarta, 5 Agustus 1993 ini sewaktu kecil, selalu berimajinasi ingin menjadi seorang pilot dan pebalap. Namun, saat beranjak dewasa, ia baru menyadari bahwa menjadi pilot dan pembalap hanyalah sebatas permainan imajinasinya saja. Permainan imajinasi itu tanpa sengaja membawanya mengenal sebuah seni bernama film. Dan di Jogja ini pula, kota yang memperkenalkannya lebih mendalam tentang film.
Tak banyak yang tahu, kalau beliau adalah alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Selama kuliah, Agung aktif di Cinema Komunikasi (CIKO) UMY selama 3 tahun. CIKO sendiri merupakan komunitas di UMY yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang mempunyai ketertarikan di bidang perfilman. Agung sempat menjadi Ketua CIKO selama satu periode di tahun 2011. Selain Film Tilik, Agung memiliki beberapa karya yaitu Mak Cepluk (2014), Singsot (2016), dan Anak Lanang (2017).
Begitulah beberapa nama alumni UMY berprestasi yang karena kesungguhan dan dedikasinya mereka dipercaya untuk mengabdi pada bangsa dan negaranya melalui caranya masing-masing. Kamu yang lulusan UMY, semoga kelak bisa menjadi penerus mereka ya!